Sudah hampir setengah tahun pandemi COVID-19 melanda seluruh dunia. Lebih dari 3 juta orang di seluruh dunia terinfeksi oleh virus baru ini. Indonesia sendiri sampai saat ini sudah mencapai lebih dari 10.000 kasus positif.
Di luar penyakit COVID-19, muncul pandemi baru berupa penyebaran berita-berita hoaks seputar wabah korona. Infodemik adalah kondisi berkembangnya informasi terkait suatu fenomena tanpa mempertimbangkan unsur kebenaran data dan fakta. Informasi terkait pandemi atau infodemik tersebut tidak kalah berbahaya karena membuat masyarakat bingung dan cemas.
Mungkin Anda pernah mendengar berbagai informasi seputar virus corona ini. Mulai dari munculnya virus, gejalanya, pengobatannya, bahkan yang paling parah ikut terpapar teori konspirasi mengenai virus ini. Beberapa infodemik yang pernah beredar antara lain, mitos mandi air panas, berjemur di bawah sinar matahari, penularan melalui gigitan nyamuk, pengering tangan, makan bawang putih, dan masih banyak lagi informasi yang kebenaran data dan faktanya tidak dapat dibuktikan.
Mengapa hal ini dapat terjadi?
Infodemik dapat terjadi karena berbagai faktor antara lain kepanikan dan ketidaktahuan masyarakat tanpa mempertimbangkan sumber informasi, minimnya literasi penggunaan internet dan media sosial di kalangan masyarakat, dan kurangnya informasi terpercaya yang dikeluarkan secara resmi oleh pemerintah dan lembaga setempat.
Percayalah! Hampir sebagian besar dari masyarakat seluruh dunia khususnya Indonesia mendapat informasi terkait virus corona melalui media sosial. Hanya sebagian kecil orang yang mencari info dari sumber yang terpercaya.
Akibat dari infodemik virus corona ini juga tidak main-main, sangat berbahaya!
Anda mungkin pernah membaca berita mengenai beberapa tenaga kesehatan yang diasingkan hingga diusir dari tempat tinggal karena mereka menangani pasien COVID-19. Bahkan yang paling parah, sebagian masyarakat menolak pemakaman jenazah pasien di daerahnya dan melempar petugas kesehatan dengan batu dan kerikil.
Dari contoh di atas, akibat dari infodemik ini dapat menimbulkan kepanikan di lingkungan sekitar, menyebabkan rasa takut berlebih, menimbulkan rasa benci dan stigma terhadap kelompok tertentu, dan perselisihan atau konflik berlanjut meskipun fenomena terkait sudah berlalu.
Lantas bagaimana cara kita menyikapi agar terhindar dari infodemik COVID-19 ini?
Pertama, bijak dan teliti memilih sumber informasi. Anda dapat memilih sumber informasi dari WHO, pemerintah, maupun asosiasi kedokteran. Jangan memilih informasi dari sumber yang tidak jelas misalkan jejaring sosial maupun web berita dan blog yang tidak terpercaya. Salah satu sumber yang jelas dalam memberikan informasi coronavirus adalah Halodoc.
Halodoc sendiri merupakan sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia yang melayani di bidang telekonsultasi kesehatan sejak 2016. Tujuannya adalah simplifying healthcare, yakni memudahkan akses kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Informasi yang disediakan pada Halodoc mengacu pada referensi yang kuat sehingga tidak perlu khawatir akan risiko terkena hoaks.
Kedua, pilih informasi dari lembaga resmi atau berita terpercaya yang melalui verifikasi.
Ketiga, periksa kebenaran informasi yang didapat dari media sosial. Cek kembali informasi yang didapat melalui lembaga resmi maupun berita terpercaya.
Keempat, tidak sembarangan menyebarluaskan informasi bila belum ada bukti jelas atau rujukan resmi. Jangan sampai Anda hanya membaca judul tanpa membaca isinya. Kebiasaan orang hanya membaca judul dan langsung menyebarluaskan informasinya.
Kelima, jangan membuat berita bohong di tengah situasi darurat. Jika Anda masih ngeyel, maka bersiaplah terjerat UU ITE.
Keenam, memberitahu orang lain bila mengetahui ada informasi yang keliru. Tapi jangan juga sampai adu argumen atau debat kusir karena merasa informasi yang Anda dapat yang paling benar. Lakukan cek dan verifikasi kembali agar Anda mempunyai argumen yang kuat untuk membenarkan informasi yang keliru tersebut.
Tinggalkan Balasan