Pengertian Hujan
Terdapat dua proses yang mungkin akan terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yakni suatu pendinginan udara atau penambahan suatu uap air ke udara. Butiran hujan mempunyai ukuran yang beragam, mulai dari bentuk penekuk (butiran besa) hingga butiran yang terkecil.
Pada atmosfer air hujan menyerap gas-gas atmosfer, yakni gas oksigen, gas nitrogen, serta karbon dioksida. Tak hanya dari gas tersebut, air juan juga akan menyerap sejumlah asam nitrat, asam bolerang, garam-garam, mikroorganisme, dan debu. Proses mekanisme air hujan itu terdiri dari air hujan yang turun sangat deras, sehingga akan mengikis serta menggores tanah yang bisa membentuk selokan.
Hujan yang turun dengan lebat pun mampu menghanyutkan tanah berkubik-kubik, yang mana daya angkutnya sesuai dengan sungai. Apabila diatas tanah terdapat pepohonan dan semak belukar, maka ikatan tersebut tidak akan tergerus oleh air hujan. Adapun mengenai berbagai jenis hujan yang berdasarkan dari ukuran butirannya, seperti hujan gerimis, hujan salju, hujan batu es, hujan deras, hujan sedang, hujan lebat, dan hujan sangat lebat.
Akan tetapi, proses hujan juga kembali lagi pada kehendak Allah SWT. Ya, meskipun sudah memasuki musim penghujan, jika Allah belum menghendakinya maka tidak akan turun hujan. Terlebih saat kemarau yang panjang tiba, di mana hujan merupakan momen yang paling dinanti-nanti. Maka dari itu, Nabi Muhammad SAW memberi contoh mengenai doa meminta hujan kepada Allah SWT.
Doa Rasulullah Memohon Hujan Turun Menjadi Berkah
Kota Madinah pada masa Nabi Muhammad SAW pernah mengalami kekeringan cukup panjang, sehingga beberapa sahabat meminta Rasulullah SAW berdoa agar Allah SWT menurunkan hujan dari langit. Momen tersebut diabadikan dalam riwayat oleh Imam Muslim dan Imam Al Baihagi, pernah sahabat meminta Rasulullah SAW berdoa agar Allah segera menurunkan hujan.
Kemudian Rasulullah SAW menuruti permintaan para sahabatnya dan segera berdoa kepada Allah SWT untuk menurunkan hujan. Setelah Rasulullah berdoa, tak lama kemudian awan mulai menghitam dan turunlah hujan cukup lebat selama beberapa hari. Akibatnya, kota Madinah dilanda bencana banjir sehingga membuat gagal panen dan banyak masyarakatnya yang kehilangan harta benda.
Mengingat akan hal itu, lalu para sahabat kembali meminta Rasulullah SAW untuk berdoa lagi agar hujannya mereda. Setelah Rasulullah berdoa, awan hitam yang menyelimuti kota Madinah perlahan mulai menyingkir dan hujan mulai mereda. Adapun mengenai doa minta hujan yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW seperti berikut.
“Allahumma hawalayna wa la ‘alaina”
Artinya : “Ya Allah, turunkanlah hujan di sekeliling kami, bukan (azab) atas kami”.
Ternyata Rasulullah SAW juga tidak melarang melarang kita untuk berdoa agar hujannya pindah ke daerah lain. Hal tersebut pun terdapat dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad SAW mengajarkan doa turun hujan berhenti.
Doa Minta Hujan Reda
“Allahumma hawaalainaa wa laa ‘alainaa, allahumma ‘alal aakaami wadh dhiroobi, wa buthuunil audiyati, wa manaabitisy syajarati”.
Artinya : “Ya Allah berilah hujan di sekitar kami, jangan kepada kami. Ya Allah berilah hujan ke dataran tinggi, beberapa anak bukit, perut lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan”.
Nah, itulah doa meminta hujan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagai umatnya, sudah semestinya kita mengikuti sunnah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Tinggalkan Balasan